assalamualaikum wbt :)
Yasir bin Amir , ayahanda
Ammar , berangkat meninggalkan negerinya di Yaman guna mencari dan menemui
salah seorang saudaranya . Rupanya ia berkenan dan merasa betah tinggal di
Makkah . Bermukimlah ia di sana dan mengikat perjanjian persahabatan dengan Abu
Hudzaifah ibnul Mughirah .
Abu Hudzaifah mengawinkannya dengan salah seorang puterinya
bernama Sumayyah binti Khayyath , dan dari perkawinan ini , kedua-dua suami isteri
itu dikurniai seorang putera bernama Ammar .
Keislaman mereka termasuk dalam golongan Assabiqunal Awwalun
(generasi pertama) . Dan sebagaimana halnya orang-orang soleh yang termasuk
dalam golongan yang pertama masuk Islam , mereka cukup menderita kerana siksa
dan kekejaman Quraisy .
Orang-orang Quraisy menjalankan siasat terhadap Kaum Muslimin
sesuai situasi dan keadaan . Seandainya mereka ini golongan bangsawan dan
berpengaruh , mereka hadapi dengan ancaman dan gertakan . Dan setelah itu
mereka lancarkan kepadanya perang urat syaraf yang amat sengit .
Dan sekiranya yang beriman itu dari kalangan penduduk Makkah
yang rendah martabatnya dan yang miskin , atau dari golongan budak belian ,
maka mereka didera dan disulutnya dengan api bernyala .
Maka keluarga Yasir termasuk dalam golongan yang kedua ini .
Dan soal penyiksaan mereka , diserahkan kepada Bani Makhzum . Setiap hari Yasir
, Sumayyah dan Ammar dibawa ke padang pasir Makkah yang demikian panas , lalu
didera dengan berbagai azab dan siksa .
Penderitaan dan pengalaman Sumayyah dari siksaan ini amat
ngeri dan menakutkan , namun Sumayyah telah menunjukkan sikap dan pendirian teguh
, yang dari awal hingga akhirnya telah membuktikan kepada kemanusiaan suatu
kemuliaan yang tak pernah hapus dan kehormatan yang tak pernah luntur .
Rasulullah SAW selalu mengunjungi tempat-tempat yang
diketahuinya sebagai arena penyiksaan bagi keluarga Yasir . Ketika itu tidak
suatu apa pun yang dimilikinya untuk menolak bahaya dan mempertahankan diri .
Pengorbanan-pengorbanan mulia yang dahsyat ini tak ubahnya
dengan tumbal yang akan menjamin bagi Agama dan akidah keteguhan yang takkan
lapuk. Ia juga menjadi contoh teladan yang akan mengisi hati orang-orang
beriman dengan rasa simpati , kebanggaan dan kasih sayang . Ia adalah menara
yang akan menjadi pedoman bagi generasi-generasi mendatang untuk mencapai
hakikat agama , kebenaran dan kebesarannya .
Demikianlah , berlaku pula bagi agama Islam . Makna ini
telah dijelaskan oleh Al-Qur'an kepada Kaum Muslimin bukan hanya pada satu atau
dua ayat .
Firman Allah SWT: "Apakah manusia mengira bahwa mereka
akan dibiarkan mengatakan: “Kami telah beriman” padahal mereka belum lagi diuji
?" (QS Al-Ankabut: 2)
"Apakah kalian mengira akan dapat masuk syurga ,
padahal belum lagi terbukti bagi Allah orang-orang yang berjuang di antara
kalian , begitu pun orang-orang yang tabah?" (QS Ali Imran: 142)
"Sungguh , Kami telah menguji orang-orang sebelum
mereka , hingga terbuktilah bagi Allah orang-orang yang benar dan terbukti pula
orang-orang yang dusta ." (QS Al-Ankabut: 3)
Memang demikianlah Al-Qur’an mendidik putera dan para
pendukungnya , bahawa pengorbanan merupakan esensi atau saripati keimanan . Dan
bahawa kepahlawanan menghadapi kekejaman dan kekerasan dihadapi dengan
kesabaran , keteguhan dan pantang mundur . Maka Sumayyah , Yasir , dan Ammar
adalah golongan luar biasa yang beroleh barakah ini .
Pada suatu hari , ketika Rasulullah SAW mengunjungi mereka ,
Ammar berkata , "Wahai Rasulullah , azab yang kami derita telah sampai ke
puncak ."
Rasulullah SAW berkata , "Sabarlah, wahai Abal
Yaqdhan... Sabarlah wahai keluarga Yasir , tempat yang dijanjikan bagi kalian
ialah syurga !"
Siksaan yang diami oleh Ammar dilukiskan oleh kawan-kawannya
dalam beberapa riwayat . Berkata Amar bin Hakam , "Ammar itu disiksa
sampai-sampai ia tak menyedari apa yang diucapkannya .”
Ammar bin Maimun melukiskan , "Orang-rang musyrik
membakar Ammar bin Yasir dengan api . Maka Rasulullah SAW lawat di tempatnya ,
memegang kepalanya dengan tangan beliau , sambil bersabda , 'Hai api , jadilah
kamu sejuk dingin di tubuh Ammar , sebagaimana dulu kamu juga sejuk dingin di
tubuh Ibrahim !”
Bagaimanapun juga , semua bencana itu tidaklah dapat menekan
jiwa Ammar , walau telah menekan punggung dan menguras tenaganya . Ia baru
merasa dirinya benar-benar celaka , ketika pada suatu hari tukang-tukang cambuk
dan para penderanya menghabiskan segala daya upaya dalam melampiaskan kezaliman
dan kekejiannya . Semenjak hukuman bakar dengan besi panas , sampai disalib di
atas pasir panas dengan ditindih batu laksana bara merah , bahkan sampai
ditenggelamkan ke dalam air hingga sesak nafasnya dan mengelupas kulitnya yang
penuh dengan luka .
Pada hari itu , ketika ia telah tak sedarkan diri lagi kerana
siksaan yang demikian berat , orang-orang itu berkata kepadanya , “Pujalah
olehmu tuhan-tuhan kami !”
Ammar pun mengikuti perintah mereka tanpa menyedari apa yang
keluar dari bibirnya . Ketika siuman sebentar akibat dihentikannya siksaan ,
tiba-tiba ia sedar akan apa yang telah diucapkannya, maka hilanglah akalnya dan
terbayanglah di matanya betapa besar kesalahan yang telah dilakukannya , suatu
dosa besar yang tak dapat ditebus dan diampuni lagi .
Ketika Rasulullah SAW menemui sahabatnya itu didapatinya ia
sedang menangis , maka disapulah tangisnya itu dengan tangan beliau seraya
berkata , "Orang-orang kafir itu telah menyiksamu dan menenggelamkanmu ke
dalam air sampai kamu mengucapkan begini dan begitu ?”
“Benar , wahai RasuIullah ," ujar Ammar .
Rasulullah tersenyum berkata , “Jika mereka memaksaimu lagi ,
tidak apa , ucapkanlah seperti apa yang kamu katakan tadi !”
Lalu dibacakan Rasulullah kepadanya ayat mulia berikut ini :
"Kecuali orang yang dipaksa , sedang hatinya tetap teguh dalam
keimanan..." (QS An-Nahl: 106)
Kembalilah Ammar diliputi oleh ketenangan dan dera yang
menimpa tubuhnya . Ia tak lagi merasakan sakit . Jiwanya tenang . Ia menghadapi
cubaan dan siksaan itu dengan ketabahan luar biasa , hingga pendera-penderanya
merasa lelah dan menjadi lemah , bertekuk lutut di hadapan tembok keimanan yang
begitu kukuh .
Setelah Rasulullah SAW ke Madinah , kaum Muslimin tinggal
bersama beliau bermukim di sana , secepatnya masyarakat Islam terbentuk dan
menyempurnakan barisannya . Maka di tengah-tengah masyarakat Islam yang beriman
ini , Ammar pun mendapatkan kedudukan yang tinggi . Rasulullah amat sayang
kepadanya , dan beliau sering membanggakan keimanan dan ketakwaan Ammar kepada
para shahabat .
Rasulullah bersabda , "Diri Ammar dipenuhi keimanan
sampai ke tulang punggungnya !”
Dan sewaktu terjadi selisih faham antara Khalid bin Walid
dengan Ammar , Rasulullah SAW bersabda , “Siapa yang memusuhi Ammar , maka ia
akan dimusuhi Allah . Dan siapa yang membenci Ammar , maka ia akan dibenci Allah !"
Maka tak ada pilihan bagi Khalid bin Walid , pahlawan Islam
itu , selain segera mendatangi Ammar untuk mengakui kekhilafannya dan meminta
maaf .
Jika Rasulullah SAW telah menyatakan kesayangannya terhadap
seorang Muslim demikian rupa , pastilah keimanan orang itu , kecintaan dan
jasanya terhadap Islam , kebesaran jiwa dan ketulusan hati serta keluhuran
budinya telah mencapai batas dan puncak kesempurnaan .
Demikian halnya Ammar , berkat nikmat dan petunjuk-Nya ,
Allah telah memberikan kepada Ammar ganjaran setimpal , dan menilai takaran
kebaikannya secara penuh . Hingga disebabkan tingkatan petunjuk dan keyakinan
yang telah dicapainya , maka Rasulullah menyatakan kesucian imannya dan
mengangkat dirinya sebagai contoh teladan bagi para sahabat .
Beliau bersabda , “Contoh dan ikutilah setelah kematianku
nanti , Abu Bakar dan Umar . Dan ambillah pula hidayah yang dipakai Ammar untuk
jadi bimbingan !”
Ketika Rasulullah dan kaum Muslimin membangun masjid di
Madinah , beliau turut serta mengangkat batu dan melakukan pekerjaan yang
paling sukar . Di tengah-tengah khalayak ramai yang sedang hilir mudik itu ,
terlihatlah Ammar bin Yasir sedang mengangkat batu besar .
Rasulullah juga melihat Ammar , dan langsung mendekatinya .
Setelah berhampiran , maka beliau mengipaskan debu yang menutupi kepala Ammar
dengan tangannya . kemudian bersabda di hadapan semua shahabatnya ,
"Malangnya Ibnu Sumayyah , ia dibunuh oleh golongan pendurhaka !"
Kata-kata itu diulangi oleh Rasulullah sekali lagi ,
kebetulan bertepatan dengan ambruknya dinding di atas tempat Ammar bekerja ,
hingga sebahagian kawannya menyangka bahawa ia tewas yang menyebabkan
Rasulullah meratapi kematiannya itu .
Para sahabat terkejut dan menjadi ribut kerananya , tetapi
dengan nada menenangkan dan penuh kepastian , Rasulullah menjelaskan ,
"Tidak , Ammar tidak apa-apa .
Hanya nanti ia akan dibunuh oleh golongan pendurhaka !"
Ammar mendengarkan ramalan itu dan meyakini kebenaran pandangan yang disingkapkan oleh
Rasulullah . Tetapi ia tidak merasa gentar , kerana semenjak menganut Islam ia
telah dicalonkan untuk menghadapi maut dan mati syahid di setiap detik , baik
siang mahupun malam .
Ammar selalu terjun
bersama Rasulullah dalam tiap perjuangan dan peperangan bersenjata , baik di
Badar , Uhud , Khandak , dan Tabuk . Dan tatkala Rasulullah telah wafat ,
perjuangan Ammar tidaklah berhenti . Ia terus berjuang dan berjihad menegakkan
agama Allah .
Ketika terjadi pertentangan antara Khalifah Ali bin Abi
Thalib dan Muawiyah , Ammar berdiri di samping menantu Rasulullah tersebut .
Bukan kerana fanatik atau berpihak , tetapi kerana tunduk kepada kebenaran dan
teguh memegang janji ! Ali adalah khalifah kaum Muslimin , dan berhak menerima
baiat sebagai pemimpin umat .
Ketika meletus Perang Shiffin yang mengerikan itu , Ammar
ikut bersamanya . Padahal saat itu usianya telah mencapai 93 tahun . Orang-orang
dari pihak Muawiyah mencuba sekuat daya untuk menghindari Ammar , agar pedang
mereka tidak menyebabkan kematiannya hingga menjadi manusia “golongan pendurhaka” .
Tetapi keperwiraan Ammar yang berjuang seolah-olah ia satu
pasukan tentera juga , menghilangkan pertimbangan dan akal sihat mereka . Maka
sebahagian dari anak buah Muawiyah mengintai-ngintai kesempatan untuk
menewaskannya . Hingga setelah kesempatan itu terbuka , mereka pun membunuh
Ammar .
Maka sekarang tahulah orang-orang siapa kiranya golongan
pendurhaka itu , yaitu golongan yang membunuh Ammar , yang tidak lain dari
pihak Muawiyah !
Jasad Ammar bin Yassir kemudian dipangku Khalifah Ali ,
dibawa sebuah ke tempat untuk disolatkan bersama kaum Muslimin , lalu
dimakamkan dengan pakaiannya .
Setelah itu , para sahabat kemudian berkumpul dan saling
berbincang . Salah seorang berkata , “Apakah kau masih ingat waktu pagi hari
itu di Madinah , ketika kita sedang duduk-duduk bersama Rasulullah SAW dan
tiba-tiba wajahnya berseri-seri lalu bersabda , "Syurga telah merindukan
Ammar ?"
"Benar ," jawab yang lain .
“Dan waktu itu juga disebutnya nama-nama lain , di antaranya
Ali , Salman dan Bilal..." timpal seorang lagi .
Bila demikian halnya , maka syurga benar-benar telah
merindukan Ammar . Dan jika demikian , maka telah lama syurga merindukannya ,
sedang kerinduannya tertangguhkan , menunggu Ammar menyelesaikan kewajiban dan
memenuhi tanggungjawabnya . Dan tugas itu telah dilaksanakannya dan dipenuhinya
dengan hati gembira .
No comments:
Post a Comment